Cinta Tanpa Syarat 17.02

Ada seorang pemuda yang telah dikirim menjadi prajurit dalam sebuah peperangan. Setelah sekian lama bertempur di medan perang, akhirnya diperbolehkan pulang. Sebelum kembali ke kampung halamannya, pemuda itu menelpon terlebih dahulu kedua orang tuanya.
“Ibu, Ayah… Aku sedang menuju pulang. Tapi, sebelum sampai, aku ingin menanyakan dulu satu hal. Aku punya seorang teman yang ingin kubawa pulang bersamaku. Bolehkah ? “
“Tentu..”, jawab kedua orang tua sang pemuda.
“Tapi, ada satu hal yang harus Ibu dan Ayah ketahui…”, lanjut sang pemuda, “Temanku ini sedang terluka akibat perang. Ia kehilangan satu tangan dan satu kakinya. Ia tak tahu ke mana harus pulang, dan aku ingin dia tinggal bersama kita”.
“Oh, kasihan sekali..”, ujar kedua orang tuanya. “Mungkin kita bisa mencarikannya suatu tempat untuk tinggal”.
“Tidak, Ibu, Ayah… Aku ingin dia tinggal bersama kita”.
“Anakku..”, ujar sang Ayah. “Kamu tak tahu apa yang sedang kamu minta. Seseorang yang cacat akan menjadi beban untuk kita. Kita punya kehidupan sendiri, dan sesuatu seperti ini tidak bisa mencampuri kehidupan kita. Menurut Ayah, sebaiknya kamu pulang saja dan lupakan temanmu itu. Ia pasti akan menemukan sendiri cara untu hidup”.Sang pemuda terdiam beberapa saat, lalu ia menutup gagang teleponnya.
Beberapa hari kemudian, Ayah dan Ibu pemuda itu mendapat kabar dari kepolisian. Seorang pemuda telah bunuh diri dan menurut identitas yang ada, pemuda itu adalah putra mereka. Dengan sedih kedua orang tua itu menuju tempat kejadian. Mereka berharap kabar itu salah alamat. Saat mereka tiba di ruang jenazah, ternyata benar. Mereka yakin bahwa jenazah itu adalah anaknya. Namun, yang membuat mereka terkejut adalah jenazah itu hanya memiliki satu tangan dan satu kaki. Oh, betapa teririsnya hati kedua orang tua itu. Hancur sehancur-hancurnya.


0 komentar:

Posting Komentar