Halawatul Iman (Manisnya Iman) 09.36

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan berasakan manisnya iman. (Iaitu) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali kerana Allah; benci untuk kembali kepada kekufuran selepas Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api.” (Muttafaq alaih)

Kejenuhan kita dalam berda'wah, mungkin juga karena telah hilangnya rasa manisnya iman didalam hati hati kita. Dan penyebabnya adalah secara tak sadar kita lebih mencintai dunia ini dari pada Allah SWT, kemudian terkotorinya hati hati ini. Sehingga kita tidak lagi merasakan sesuatu yang spesial dengan aktifitas da'wah yang kita lakukan. Ikhwati fillah rahimakumullah, hidayah yang telah kita dapati bagaimana pun harus tetap dijaga kelezatannya. Karena sungguh berbeda orang yang mendapat hidayah dengan orang yang belum mendapat hidayah.

Kemanisan iman adalah rasa senang hati juga kegembiraan ketika menunaikan ibadah, serta kesanggupan menanggung segala kesukaran demi keredhaan Allah serta RasulNya. Orang yang mendapat kemanisan iman senantiasa mengutamakan Allah dan RasulNya dari yang selainnya.

Ikhwah fillah, ada baiknya diri kita senantiasa berdoa kepada Allah, agar hati - hati kita dapat terus merasakan manisnya iman. Agar setiap aktifitas dalam kehidupan kita dipenuhi dengan rasa kesenangan kita beribadah kepada Allah. Dan jagalah dengan banyak mengingat ayat - ayat Allah yang pernah kita hafal, hingga ketika kita hendak melakukan aktifitas, hati kita dapat terus terpaut mengingat Allah. Berikut beberap firman Allah di dalam Al Qur'an surat At Taubah ayat 24 dan 41 serta surat Yusuf ayat 33


Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang - orang yang fasik.(QS. 9:24)

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. 9:41)

Yusuf berkata: Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. (QS. 12:33)

Kisah para nabi dan firman Allah dalam Al Qur'an banyak sekali memberikan pelajaran buat kita, sungguh ketika kita berusaha untuk mendahulukan kepentingan Allah dari kepentingan dunia, serta keberhasilan menahan nafsu kita karena kecintaan kita pada Allah, maka niscahya Allah memberikan manisnya iman didalam hati kita.

Yah, seandainya saja kita bisa menahan pandangan ini terhadap lawan jenis atau menggantikan waktu yang kurang bermanfaat dengan ibadah, atau melindungi diri ini dari dosa - dosa kecil, dan besar atau mencintai Allah seperti kita mencintai sang kekasih dan benci untuk kembali kepada kekufuran selepas Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api. Pasti kita akan senang setiap harinya dan semangat dalam berda'wah, karena yang ada di hati hanyalah karena Allah semata.

sumber : http://dendaaristiara.blogspot.com/2009/05/manisnya-iman.html

Setelah melewati masa-masa kampus yang kondusif dan masuk ke dunia nyata yang penuh liku-liku, tantangan untuk menjaga kedekatan dengan Allah menjadi luar biasa berat. Terlebih lagi yang berkaitan dengan masalah dunia. Rabbana... sesunguhnya tauhid ini diuji dengan amat beratnya. Teringat dengan perkataan diri sendiri saat memberi tausiyah pada orang lain ttg Tauhid Rububiyah, bahwa Allah-lah sang pemberi rizki dan sebaik-baik pemelihara. Oh... sepertinya aku dimakan oleh kata2ku sendiri. Semoga Allah mengampuni dan tidak menimpakan azab. Mengapa masih ada resah dan gelisah atas rizkiNya? mengapa seringkali tidak mendahulukan sang Pemilik Rizki demi mengejar rizki itu sendiri? Astaghfirullah.... Mungkin inilah yang membuat iman menjadi hambar dan kehilangan rasa manisnya yang tak tertandingi. Mengapa takut untuk menegakkan kebenaran padahal mengaku mencintai Rasulullah? Mengapa? Mengapa? dan masih banyak mengapa yang lainnya?

Semoga Allah yang menggenggam hati ini, meluruskan hati ini dan menujukkan padanya jalan yang lurus. Amin

2 komentar:

Bunda Dewi Rohayati mengatakan...

Jazakumullah

efanmoslem mengatakan...

jazakumlloh khoiran jaza',
tetap semangat berda'wah

Posting Komentar